Opini Musri Nauli Jambi : Rasionalitas
Musri Nauli |
“Dedek, mama ngomong nih.. kok dedek dak dengar omongan mama”, protes istriku. suaranya sedikit meninggi..
“Mama nih.. Dedek lagi makan.. kata mama, kalo makan dak boleh ngomong. !!”, protes s bungsu..
Aku yang sedang rebahan dikamar, mendengar suara protes si bungsu, tiba-tiba bangkit. Tersentak. Bangun. Dan kemudian tertawa terbahak-bahak.
Sembari keluar kamar aku kemudian bergumam. “Nah, tuh !!,”. Sang istri cuma cemberut.
Ya. Tradisi di rumah memang diajarkan. Untuk berbicara dengan alasan masuk akal. Bukanlah alasan masuk akal sering juga disebut rasionalitas.
Sebagai si bungsu, dia mendapatkan limpahan berbagai “kemewahan”. Ajaranku yang ketat untuk menghormati prinsip, meneguhkan langkah, berbicara dengan alasan masuk akal ataupun berbicara tetap sopan sembari berfikir rasional.
Ataupun dari sang ibu, yang harus menguasai kata dan maknanya. Sekaligus menyampaikan dengan runut. Entah beberapa kali kulihat, si bungsu sering lihat kamus bahasa Indonesia (tentu saja daring) sebelum berpendapat.
Entah beberapa kali kulihat si bungsu “memenangkan” perdebatan ketika satu tema yang menarik perhatiannya..
Baca selengkapnya di Jambiseru.com
https://www.jambiseru.com/berita/2020/29/10/opini-musri-nauli-rasionalitas
Baca juga di Koranjambi.com
https://www.koranjambi.com/2020/10/opini-musri-nauli-rasionalitas.html
Baca juga di Jambiflash.com
https://www.jambiflash.com/2020/10/opini-musri-nauli-rasionalitas.html
Baca juga di blog Musri Nauli
https://musri-nauli.blogspot.com/2020/10/opini-musri-nauli-jurnalis.html